Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat bahwa selama April 2019, ada 13 negara utama yang memberikan peranan 78,68 persen. Impor dari ketigabelas negara itu mencapai US$ 38.372,1 juta dari keseluruhan impor ke Indonesia. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan Cina masih menjadi negara asal impor terbesar.
“Dengan peran 29,47 persen atau senilai US$ 14,3 miliar,” kata Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Rabu, 15 Mei 2019.
Adapun, kata dia, total nilai impor nonmigas dari tiga belas negara selama April 2019 sebesar US$ 10,1 miliar. Suhariyanto mengatakan nilai itu naik US$ 879,5 juta atau 9,5 persen dibanding Maret 2019.
“Kondisi tersebut disebabkan oleh naiknya nilai impor beberapa negara utama seperti Tiongkok US$ 737,2 juta atau sebesar 22,91 persen,” kata Suhariyanto.
Pada posisi tertinggi kedua impor nonmigas, yaitu dari Australia sebesar US$ 96,7 juta atau 29,91 persen dan Jepang US$ 32,5 juta atau 2,46 persen.
Sementara, kata Suhariyanto, jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, impor Januari hingga April 2019 dari tiga belas negara utama turun 6,27 persen US$ 2,5 miliar. Menurut Suhariyanto, penurunan ini terutama disumbang oleh Singapura US$ 900,3 juta atau 27,77 persen, Jepang US$ 650,3 juta atau 10,89 persen,
dan Amerika Serikat US$ 440,2 juta atau 14,33 persen.
“Dari sisi peranan terhadap total impor nonmigas Januari hingga April 2019, kelompok negara ASEAN merupakan penyumbang terbesar, yaitu 18,88 persen atau senilai US$ 9,2 miliar,” ujar Suhariyanto. Kedua, kata dia, diikuti Uni Eropa 8,29 persen atau senilai US$ 4,04 miliar.
Leave a Reply